PERILAKU KONSUMEN

by dessycemil , at 21.19 , have 1 comment
KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan,petunjuk dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya kami bisa menyelesaikan tugas mata kuliah Islam Terapan. Sehingga tugas ini bisa terselesaikan tepat waktu. Tugas ini sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai mahasiswa.
            Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Dra.Indah Listyani,MM
Sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri
2.      Ustadus Solihin,SE.MM
Sebagai Kajur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri
3.      Moch.Saleh Udin
Dosen Perilaku Konsumen Universitas Islam Kadiri
            Isi yang terkandung dalam tugas ini adalah tentang tinjauan individu perilaku konsumen. Yang diharapkan bisa bermanfaat bagi pembaca dan penyusun. Dimana bagi pembaca bisa menambah wawasan atau pengetahuan dan bagi penyusun bisa memenuhi nilai yang diharapkan. Kami menyadari bahwa dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan dalam pembuatan tugas selanjutnya.

Kediri, Mei 2015

Kelompok 4


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu,kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses mendapatkan atau menggunakan suatu produk.Dalam perilaku konsumen akan dapat mendalaminya dan akan berhasil apabila dapat memahami aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan,kekuatan faktor sosial budaya dan prinsip ekonomi serta strategi pemasaran.Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen bisa dilakukan dengan mendalami jiwa konsumen dalam memenuhi kubutuhannya.Dengan ini keberhasilan penguasaha,pimpinana toko, dan pramuniaga dalam memasarkan produknya dikatakan berhasil dan bisa memenuhi kepuasan pelanggan.
Ada dua alasan,mengapa perlu mempelajari perilaku konsumen yaitu memahami keinginan konsumen,dimana nanti akan membawa produsen pada kebijakan yang harus diambil agar nantinya akan menentukan kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.Dan mengetahui kelebihan banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan,yang dimana akan  menyebabkan banyak produk yang tidak terjual dan mengakibatkan perusahaan dalam kondisi yang buruk.Selain itu perilaku juga penting untuk dipelajari karena bisa membantu manajer dalam pengambilan keputusan,memberi pengetahuan para peneliti pemasaran dengan dasar pengetahuan pengetahuan analisis konsumen,membantu legislator dan legulator menciptakan peraturan pembelian dan penjualan,dan sekaligus membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang baik.
Dalam perilaku konsumen ada beberapa provesi yang berperan penting mengkaji perilaku konsumen diantaranya adalah: manajer, birokrat, produsen, peneliti, konsultan dan banyak yang lainnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Hal apa saja yang harus diketahui dalam mengkaji perilaku individu konsumen?
2.      Apa pengertian kognisi?
3.      Apa pengertian afeksi?
4.      Tindakan apa yang dilakukan konsumen sebelum menentukan pilihan?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam mengkaji perilaku konsumen.
2.      Mengetahui tentang kognisi.
3.      Mengetahui tentang afeksi.
4.      Mengetahui tentang hal-hal yang harus dilakukan konsumen sebelum menentukan pilihan.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi pembaca diharapkan bisa menambah wawasan dalam mengkaji perilaku individu konsumen.
2.      Bagi penulis diharapkan bisa menambah nilai pada matakuliah perilaku konsumen yang memuaskan.



E.     Batasan Penulisan
Tugas ini hanya pembahasan tentang tinjauan individu konsumen dalam menetukan pilihannya,diluar dari pembahasan itu bukan taggung jawab dari kelompok kami.


BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pandangan Kognitif
Perilaku konsumen bisa dikaji dengan dua pendekatan yaitu pandangan kognitif dan pendekatan perilaku. Komponen yang terdapat pada pandangan kognitif terdiri dari keyakinan dan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk. Dimana setiap konsumen memiliki keyakinan pengetahuan yang berbeda pada setiap produk. Kognisi yang mengacu pada proses berpikir sadar dimana proses kognisi dilakukan dengan tidak sadar dan otomatis. Kognisi kadang melibatkan pikiran, ditandai dengan pemilihan atau seleksi dari informasi kualitas, kuantitas, harga, kebutuhan, dan dapat terjadi melalui proses berpikir sadar maupun tidak sadar serta secara otomatis langsung tertarik untuk membeli.
Menurut Gerald Zaltman dan Melanie Walendorf (1979), motif-motif kognitif menekankan pada proses informasi seseorang. Macam-macam motif kognitif antara lain:
1.      Konsistensi, kecenderungan konsumen dalam menerima yang positif antara harga dengan kualitas.
2.      Atribut, difokuskan pada orientasi konsumen terhadpa kejadian eksternal dalam lingkungan.
3.      Kategorisasi, konsumen termotifasi untuk mmpersiapkan mentalnya dalam mengkategorikan pengalamannya yang didapat.
4.      Objektifitas, pemilihan merk yang dipengaruhi tindakan sebelumnya.
5.      Autonomi,tekanan pada perkembangan kebutuhan konsumen.
6.      Stimulasi, keingintahuan dan mencari sesuatu yang baru pada diri setiap konsumen.
7.      Teologis, konsumen membandingkan pikirannya dengan situasi yang ada dan membuat situasi yang nyata menjadi sesuatu yang mungkin untuk pikirannya.
8.      Utilitarian, motif untuk memecahkan masalahdan sebagai dorongan mendapat informasi yang bermanfaat.
Dalam perilaku konsumen ini pengambilan keputusan konsumen melibatkan tiga proses kognitif yang penting, diantaranya:
1.      Konsumen harus mengerti dengan informasi suatu produk yang nantinya bisa menciptakan arti atau pengetahuan personal.
2.      Konsumen harus mengkombinasikan pengetahuan suatu produk yang telah diketahui untuk menetapkan perilaku diantara alternatif yang ada.
3.      Konsumen harus mengulang pengetahuan tentang suatu produk untuk proses integrasi dan interpretasi.
Proses kognitif yang dilibatkan dalam berbagai situasi pengambilan keputusan diatas, melewati tahapan-tahapan yang tidak selalu urut. Dimana tahapan-tahapan itu antara lain pembelajaran konsumen, pengolahan informasi dan persepsi, pengetahuan dan keterlibatan, motivasi dan kebutuhan konsumen, yang nantinya akan tiba pada saat berperilau dan bersikap.

B.     Afeksi
Afeksi adalah keberadaan seseorang atau sesuatu yang dirasakan seseorang (senang, marah, bosan). Afeksi mengacu pada tanggapan perasaan. Orang dapat mengalami empat jenis tanggapan afeksi yaitu emosi, perasaan tertentu, suasana hati dan evaluasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi afeksi seseorang seperti sikap konsumen, gaya hidup serta pribadi dan kepribadian.
1.      Sikap Konsumen
Faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (beliefe) dan perilaku (bahavior). Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atribut, manfaatnya(Mowen dan Minor,1998 hal 242).
Kepercayaan konsumen atau pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki atribut dan berbagai manfaat dari atribut tersebut.
Pemasar harus mengetahui atribut-atribut yang diketahui konsumen dan yang digunakan sebagai evaluasi produk. Pengetahuan tersebut berguna dalam dalam mngkomunikasikan atribut suatu produk kepada konsumen. Kepercayaan konsumen pada produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen, karena itu kepercayaan suatu produk berbeda diantara para konsumen. 
2.      Gaya Hidup
Gaya hidup akan mempengaruhi perilaku seseorang dan pada akhirnya menentukan pilihan konsumsinya. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian, kepribadian merefleksikan internal konsumen sedangkan gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari karakteristik perilaku konsumen.
3.      Pribadi dan Kepribadian

Perilaku konsumen dapat dikaji dengan dua pendekatan yaitu pandangan kognitif dan pendekatan perilaku. Pada pandangan kognitif, dalam mengkaji konsumen lebih difokuskan pada apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen.  Proses kognitif dan afektif untuk memahami psikologi internal (aspek mental). Sedangkan pada pendekatan perilaku lebih menekankan pada perilaku nyata apa yang dilakukannya, yakni perilaku yang dapat diamati langsung dan diukur. Perbedaan antara pandangan kognitif dan pendekatan perilaku dapat difahami dari sudut pandang:  Posisi dan asumsi  Pendekatan riset dan praktis  Pandangan pemasar Secara umum terdapat dua manfaat dari pendekatan perilaku konsumen, yaitu untuk mengembangkan dan mengevaluasi strategi pemasaran.  Pendekatan perilaku konsumen dapat digunakan untuk mengembangkan strategi dalam rangka mempengaruhi kemungkinan pembelian tanpa mengubah sikap pra pembelian, misalnya mengembangkan promosi yang dapat meningkatkan akses informasi.  Pengembangan strategi tersebut harus memperhatikan tahapan perilaku dalam proses pembelian sebagaimana yang disajikan pada Bagan 30.  Terkait dengan evalusi strategi pemasaran, pendekatan perilaku dapat digunakan untuk mengkaji keefektifan promosi penjualan; yakni dengan mempelajari dampak promosi terhadap perilaku konsumen.  Untuk itu perlu didukung pengetahuan tentang jenis dan bentuk promosi. 



Proses Keputusan Pembelian
Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merk tertentu akan diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum ia bisa dikenali. Ada beberapa faktor yamg mempengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu : waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu, pengaruh pemasaran.
2.      Pencarian informasi
Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
Pencarian informasi bisa melalui informasi internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian informasi adalah a/ faktor resiko produk (keuangan, fungsi, psikologis, waktu, sosial, fisik), b/ faktor karakteristik konsumen (pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian dan karakteristik demografik), c/ faktor situasi (waktu yang tersedia untuk belanja, jumlah produk yang tersedia, lokasi toko, ketersediaan informasi, kondisi psikologis konsumen, resiko sosial dari situasi, tujuan belanja)
3.      Evaluasi alternatif
Evaluasi alternati adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merk dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses ini, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Setelah menentukan kriteria atau atribut dari produk atau merk yang dievaluasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan alternatif pilihan. Konsumen akan mengurangi pilihan bila dirasa tidak memenuhi kriteria evaluasi. Kemudian konsumen akan menentukan pilihan produk Tehnik pemilihan produk ada dua yaitu : tehnik kompensatori dan tehnik non kompensatori. Prinsip dari tehnik kompensatori adalah kelebihan suatu atribut dari sebuah merk dapat menutupi kelemahan atribut lainnya. Prinsip dari tehnik non kompensatori adalah kelemahan suatu atribut dari sebuah merk tidak dapat ditutupi oleh kelebihan atribut lainnya.
4.      Tindakan  pembelian
Setelah menentukan pilihan produk, maka konsumen akan melanjutkan proses berikutnya, yaitu melakukan tindakan pembelian  produk atau jasa tersebut. Jenis pembelian produk atau jasa yang dilakukan oleh konsumen bisa digolongkan menjadi 3 macam yaitu : pembelian yang terencana sepenuhnya, pembelian yang separuh terencana, pembelian yang tidak terencana. Adapun proses pembelian melalui tahap pra-pembelian yaitu mencari informasi dan mempersiapkan dana. Selanjutnya tahap pembelian, perilaku konsumen yaitu berhubungan dengan toko, mencari produk di toko tersebut, dan transaksi.
5.      Pasca Konsumsi
Setelah mengkonsumsi produk atau jasa, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai disini, namun ada tindakan lain yang mengikuti konsumsi, yang disebut tindakan pasca konsumsi. Tindakan pasca tersebut akan berlanjut setelah konsumen melakukan evaluasi, bisa menimbulkan kepuasan, bisa ketidakpuasan. Hal ini akan dilanjutkan lebih jelas pada bab berikutnya tentang kepuasan dan loyalitas konsumen.
Perilaku konsumen dapat dikaji dengan dua pendekatan yaitu pandangan kognitif dan pendekatan perilaku. Pada pandangan kognitif, dalam mengkaji konsumen lebih difokuskan pada apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen.  Proses kognitif dan afektif untuk memahami psikologi internal (aspek mental). Sedangkan pada pendekatan perilaku lebih menekankan pada perilaku nyata apa yang dilakukannya, yakni perilaku yang dapat diamati langsung dan diukur. Perbedaan antara pandangan kognitif dan pendekatan perilaku dapat difahami dari sudut pandang:  Posisi dan asumsi  Pendekatan riset dan praktis  Pandangan pemasar Secara umum terdapat dua manfaat dari pendekatan perilaku konsumen, yaitu untuk mengembangkan dan mengevaluasi strategi pemasaran.  Pendekatan perilaku konsumen dapat digunakan untuk mengembangkan strategi dalam rangka mempengaruhi kemungkinan pembelian tanpa mengubah sikap pra pembelian, misalnya mengembangkan promosi yang dapat meningkatkan akses informasi.  Pengembangan strategi tersebut harus memperhatikan tahapan perilaku dalam proses pembelian sebagaimana yang disajikan pada Bagan 30.  Terkait dengan evalusi strategi pemasaran, pendekatan perilaku dapat digunakan untuk mengkaji keefektifan promosi penjualan; yakni dengan mempelajari dampak promosi terhadap perilaku konsumen.  Untuk itu perlu didukung pengetahuan tentang jenis dan bentuk promosi. 
Bidang riset konsumen yang mempertimbangkan perspektif perilaku tidak hanya terkait dengan promosi penjualan, namun juga pada pemasaran sosial (sosial marketing).  Penelitian pada bidang pemasaran sosial adalah mengkaji program atau strategi yang ditujukan pada segmen pasar masyarakat atau konsumen secara umum. Manfaat dari kajian pemasaran sosial ialah dapat mengidentifikasi berbagai macam insentif yang dapat meningkatkan setiap jenis perilaku dalam proses pembelian (lihat Bagan 30).  Disamping itu, dapat diidentifikasi pesan yang dapat mengurangi beberapa hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat.  Misalnya pesan yang terdapat pada bungkus rokok.
Pandangan tradisional terhadap proses pembelian adalah menggambarkan urutan kejadian kognitif (Peter dan Olson, 1996); sebagaimana yang ditunjukkan pada Bagan 29. Model tersebut menggambarkan urutan variabel kognitif; yakni kesadaran, pemahaman, perhatian, evaluasi, keyakinan, pengetahuan, keinginan, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan strategi pemasaran adalah bagimana pamasaran mampu mengubah variabel kognitif tersebut agar konsumen melakukan pembelian dengan memperhatikan setiap tahapan.  Sebagai contoh, pemasar harus membuat perencanaan dan strategi pemasaran yang mampu meningkatkan kesadaran, pemahaman dan perhatian terhadap suatu produk. 
Bagan 29.  Urutan kejadian kognitif dalam proses pembelian (Peter dan Olson,1996)
Tahapan proses pembelian dapat juga dianalisis sebagai urutan perilaku sebagaimana yang disajikan pada Bagan 29.  Walaupun urutan tahapan tersebut adalah logis, namun menurut Peter dan Olson (1996) ada beberapa hal perlu diperhatikan:
a. Tidak setiap pembelian mengikuti urutan tersebut dan mensyaratkan bahwa semua aspek perilaku harus dilakukan.
b. Model ditunjukan hanya untuk mendeskripsikan satu jenis urutan perilaku pembelian eceran;  sehingga model dapat dikembangkan untuk jenis pembe-lian yang lain.
c. Waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap tahapan bervariasi tergantung beberapa faktor.
d. Setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran menpunyai penekanan yang berbeda dalam rangka mendorong perilaku. 

Pembagian tahapan umum dalam proses pembelian yang diuraikan Peter dan Olson (1996) agak sedikit berbeda dengan yang disajikan oleh Sumarwan (2004). Untuk lebih jelasnya silahkan mencermati bagan 30a dan 30b.   
Bagan 30a   Tahapan proses pembelian (Peter dan Olson, 1996)
 Bagan 30b  Tahapan proses pembelian Sumarwan (2004)
Pada bagan 30 nampak terdapat sedikit perbedaan, yaitu pada jenis perilaku pada urutan yang terakhir.  Pada Peter dan Olson (1996) lebih menekankan pada informasi yang diberikan oleh konsumen kepada pemasar dan konsumen lain; sedangkan pada Sumarwan (2004) lebih difokuskan pada proses evaluasi pasca pembelian/konsumsi.
Pemasar memerlukan komunikasi dari konsumen pascapembelian dengan maksud untuk memperoleh informasi pemasaran dan konsumen potensial.  Informasi pemasaran yang dimaksud adalah informasi tentang:
a) karakteristik konsumen yang telah melakukan pembelian yang akan digunakan untuk mengetahui kualitas strategi pemasarn,
b) karakteristik konsumen potensial; dan
c) produk yang rusak (Peter dan Olson, 1996).  

Komunikasi antara konsumen yang telah melakukan pembelian dengan konsumen yang lain sangat diharapkan oleh pemasar, terutama pada kondisi evaluasi pascapembelian konsumen mendapatkan kepuasan.  Dengan mengkomuni-kasikan kepuasan yang diperoleh dari pasca pembelian, cenderung dapat menciptakan dorongan kuat terjadinya pembelian.  Hal itu terjadi karena  konsumen lain tertarik untuk membuktikannya.
Penjelasan bagan 30a.
Kontak Informasi
Tahapan awal yang umumnya terjadi dalam tahapan pembelian disebut dengan istilah kontak informasi (information contact), terjadi ketika konsumen terlibat langsung dengan informasi tentang produk, toko, atau merk. Perilaku dalam tahapan ini antara lain membaca atau mengamati surat kabar, majalah, dan papan iklan; mendengarkan iklan di radio; menonton iklan di televisi; dan berbicara dengan salesman atau kawan. Pada titik ini, masalah praktis bagi pemasar adalah meningkatkan kemungkinan bahwa konsumen akan mengamati dan memperhatikan informasi, karena hal ini akan meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku lain.
Bukan hanya pemasar saja yang beruaha menyediakan informasi bagi konsume, tetapi konsumen juga berusaha mencari informasi tentang produk, merek, toko, dan harga. Manajer pemasaran sutu merek dengan pangsa pasar rendah biaasanya ingi meningkatkan perilaku pencarian konsumen, karena dengan demikian akan meningkatkan pula kemungkinan konsumen mengubah pilihannya ke mereknya. Merek dengan pangsa pasar tinggi dapat mencoba menghalangi perilaku pencarianeksternal karena perilaku tersebut dapat mengakibatkan pindanya pilihan konsumen ke merek lain.
Sejumlah strategi pemasaran ditujukan untuk menciptakan perilaku yang penuh perhatian. Semuanya tampak konsisten dengan pendekatan perilaku. Misalnya penjadwalan; media, isi dan tata letak pesan, wana, dan humor dalam iklan, serta pola pengulangaannya semuanya ditujukan untuk menciptakan rangsangan yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa konsumen potensial akan memperhatikannya.  
Akses Dana
Pandangan pemasar saat ini menekankan pertukaran sebagai konsep kunci untuk dapat memahami bidang pemasaran. Meskipun demikian, tidak banyak perhatian yang diberikan pada apa yang dipertukarkan konsumen dalam proses pemasaran. Sementara biaya waktu dan tenaga diperhitungkan, uang adalah media utama dalam pertukaran konsumen. Konsumen harus mengakses media ini dalam satu bentuk atau bentuk lainnya sebelum pertukaran terjadi, yaitu melakukan kegiatan yang dikenal dengan istilah akses dana (funds access). Issu pemasaran utama pada tahapan ini adalah (1) metode yang digunakan konsumen untuk membayar dan (2)strategi pemasaran untuk meningkatkan kemungkinan konsumen dapat mengakses dana untuk pembelian.
Konsumen dapat membayar suatu penawaran produk dengan berbagai macam cara. Termasuk di dalamnya adalah uang tunai di kantong, penarikan tunai dari bank, mengisi check, menggunakan kartu kredit,membuka akun tagihan di toko, menggunakkan kartu debet, dan membuat lini kredit lainnya seperti pinjaman bank.
Sejumlah strategi lainnya dapat meningkatkan kemungkinan konsumen mengakses dana untuk belanja. Misalnya memberikan hadiah kecil kepada yang mengajukan pendaftaran kartu kredit, menempatkan ATM di pusat pertokoan, menetapkan persyaratan kredityang bebas dan kebijakan menukar check menjadi uang tunai, serta menerima berbagai macam kartu kredit yang sah.
Kontak Toko
Yang termasuk dalam kontak toko (store contact) adalah:
(1) mengetahui lokasi toko,
(2) melakukan perjalanan ke toko, dan
(3) memasuki toko.
Kondisi konsumen dalam peran mereka sebagai pembeli mempengaruhi kemungkunan terjadinya kontak toko. Adanaya perbedaan setiap konsumen merupakan dimensi penting dalam mendesain strategi segmentasi pasar suatu toko.
Berbagai strategi didesain untuk meningkatkan kemungkinan kontak toko. Misalnya memilih lokasi yang nyaman di suatu daerah yang lalu lintasnya padat dan dilengkapi dengan areal parkir yang luas. Taktik lainnya digunakan untuk menarik konsumen potensial datang ke lingkungan sekitar pertokoan atau mal adalah karnaval di areal perparkiran, peragaan busana gratis atau hiburan mal lainnya.
Kontak Produk
Berbagai metode yang digunakan untuk menciptakan kontak produk (product contact) antara lain strategi dorong (push strategies) seperti potongan harga dan insentif untuk mendorong daya juang para pengecer. Pendekatan lain disebut dangan strategi tarik (pull strategies) seperti kupon potongan harga yang ditujukan untuk mendorong konsumen membeli merek tertentu.
Sekali seorang konsumen berada di toko, ada 3 perilaku yang dibutuhkan agar suatu pembelian terjadi:
(1) mencari lokasi produk atau merek di toko,
 (2) mendapatkan fisik produk atau merek tersebut,
(3) membawa produk atau merek yang didapat ke titik pertukaran (misalnya: kasir).
Sejumlah taktik dapat digunakan untuk membawa konsumen potensial ke titik pertukaran atau kasir. Misalnya kasir biasanya ditempatkan di sebelah pintu keluar, dan kartu parkir biasanya diperiksa di sekitar lokasi tersebut. Di samping itu, pramuniaga sering menemani konsumen hingga ke kasir di mana mereka dapat memecahkan masalah pembayaran.
Transaksi
Dari sudut pandang makro, memfasilitasi pertukaran dipandang sebagai tujuan utama pemasaran. Dari sudut pangang mikro, hal ini meibatkan transaksi (transactions) di mana dana konsumen dipertukarkan dengan produk atau jasa. Berbagai strategi pemasaran ditujukan untuk menghilangkan hal-hal yang menghambat terjadinya transaksi. Misalnya, penggunaan kasir ekspres dan scanner elektronik untuk mengurangi waktu tunggu konsumen pada saat membayar.
Penguatan positif yang diberikan adalah elemen penting dalam menciptakan penjualan. Taktik seperti diskon, pelayanan yang ramah oleh pramuniaga, dan adanya tiket untuk diundi dapat meningkatkan kemungkinan pembelian dan pembelian ulang. Ciri-ciri produk atau jasa yang menjadi perkuatan juga merupakan elemen yang penting, baik yang berupa manfaat fungsional maupun psikososial.
Konsumsi
Penkonsumsian (consumption) dan penggunaan yang tampaknya seperti suatu perilaku yang terlalu sederrhana unuk digambarkan, walaupun pada kenyataannya tidak benar karena adanya perbedaan yang sangat luaspada ciri-ciri produk atau jasa. Misalnya, perbedaan perilaku-perilaku khas yang muncul dalam pembelian produk tak tahan lama (seperti burger dan kentang goreng) dengan produk tahan lama (seperti mobil). Burger dan kentang goreng cenderung dikonsumsi segera dan kemasannya dibuang dengan benar.
Beberapa strategi dapat meningkatkan pengkonsumsian dilakukan dengan cepat, seperti penggunaan kursi yang hanya nyaman diduduki beberapa saat saja dan kejutan yang digunakan sebagai tanda terima kasih.
Apapun jenis produk yang dijual, perhatian utama pemasaran adalah pada bagaimana meningkatkan kemungkinan pembelian ulang. Untuk produk tidak tahan lama yang dibungkus, biasanya digunakan taktik seperti penggunaan kupon di luar atau di dalam kemasan untuk mendorong konsumen membeli kembali merek yang sama.
Komunikasi 
Tahap terakhir dari perilaku yang berusaha ditingkatkan oleh pemasar adalah komunikasi (communication). Pemasar ingin agar konsumennya berkomunikasidengan dua maksud utama yaitu (1) mereka ingin konsumen untuk menyediakan informasi pemasaran kepada perusahaan dan (2)memberitahu konsumen potensial tentang produk dan mendorong mereka untuk membelinya.
Dari Konsumen ke Pemasar Pemasar biasanya membutuhkan paling tidak tiga jenis informasi dari konsumen. Pertama, mereka membutuhkan informasi tentang konsumen untuk mengetahui kualitas strategi pemasaran mereka dan keberhasilan segmentasi pasar yang dilakukan. Kedua, nama pembeli potensial lainnya. Beberapa perusahaan dan organisasi menawarkan hadiah jika pelanggan mereka memberikan beberapa nama pembeli potensial dan akan diberikan hadiah yang lebih besar lagi jika nama yang diberi ternyata benar-benar membeli. Yang terakhir, pemasar juga mencari informasi dari konsumen sehubungan dengan produk yang rusak.
Dari Konsumen ke Konsumen Pemasar juga menginginkan agar konsumen menceritakan pada teman mereka dan orang lain tentang produk yang mereka beli. Suatu produk yang efektif dan berkinerja baik dapat mendorong perilaku ini. Komunikasi dari mulut ke mulut adalah cara yang paling populer. Taktik tersebut dapat meningkatkan bukan hanya komunikasi tetapi juga perilaku lain dalam tahapan pembelian. Jadi konsumen sering belajar tentang perilaku pembelian dan penggunaan melaui proses pembelajaran vicarious.

Empat tipe proses pembelian konsumen :
1. Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2. Proses “Brand Loyalty“. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.  Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat atau keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya adalah tipe pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia.
3. Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen kadang- kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
4. Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepentingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih kepada sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan menggeser merek dalam mencari variasi.
5. Proses “ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu. 
Ada 4 macam perspektif dari model manusia dalam mengambil keputusan, yaitu : 1. Manusia ekonomi yaitu manusia dipandang sebagai seorang individu yang melakukan keputusan secara rasional. Agar dia berfikir rasional, maka ia harus menyadari berbagai alternatif produk yang tersedia. Dan merangkingnya alternatif produk tersebut dan mengambil keputusan berdasarkan harga, jumlah barang, utilitas marjinal dan kepuasan.
2. Manusia pasif yaitu manusia dipandang sebagai individu yang mementingkan diri sendiri dan menerima berbagai macam promosi yang ditawarkan pemasar. Ia digambarkan sebagai pembeli yang irasional dan impulsif. Bertolak belakang dengan manusia ekonomi
3. Manusia kognitif menggambarkan konsumen sebagai individu yang berfikir untuk memecahkan masalah. Ia bisa pasif dalam menerima produk atau jasa apa adanya, tetapi juga seringkali aktif dalam mencari alternatif produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Model berfokus kepada proses konsumen dalam mencari dan mengevaluasi informasi dalam memilih merk dan toko eceran.
4. Manusia emosial menggambarkan konsumen sebagai individu yang memiliki perasaan mendalam dan emosi yang mempengaruhi pembelian atau pemelikan barang- barang tertentu.
Pengambilan keputusan merupakan penyelesaian masalah seorang konsumen dari pemilihan beberapa alternative. Ada tiga elemen dasar pemecahan masalah yang mempengaruhi konsumen memutuskan pilihan alternatif tersebut . Menurut Peter dan Olson tahun 1996 ,Penyajian masalah (problem representation)  ini dapat meliputi:
1. Tujuan akhir adalah konsekuensi dasar, kebutuhan, atau nilai yang ingin dicapai atau diputuskan konsumen. Tujuan tersebut memberikan fokus pada pada keseluruhan proses pemecahan masalah. Beberapa tujuan akhir menyajikan kembali konsekuensi ynag lebih nyata dan lebih kongkrit. Sedangkan tujuan akhir lainnya bisa lebih abstrak.
2. Beberapa tujuan akhir (misalnya menjadi senang) bersifat umum dan luas yang tidak dapat langsung dijadikan sebagai alasan bagi konsumen untuk bertindak, misalnya sebagian besar konsumen tidak dapat merinci rencana keputusan dari suatu tindakan khusus yang akan encuatkan satu merk kalkulator terbaik atau upaya menghindari pembelian mobil yang “brengsek”.
3. Kemudian tujuan akhir dan subtujuan adalah sebuah hirarki tujuan. membentuk hirarki tujuan adalah sama dengan mengurai suatu masalah rumit menjadi suatu runtutan sub masalah yangn lebih sederhana yang dapat diatasi secara terpisah-terpisah. Misalnya membeli mobil baru membutuhkan paling tidak satu kali perjalanan ke dealer mobil, yang akan menciptakan submasalah, yaitu dealer mana yang harus dikunjungi dan kapan harus pergi. Biasanya konsumen dapat menyelesaikan keseluruhan masalah dengan memecahkan submasalah yang lebih sederhana secara berurutan.
4. Pengetahuan relevan adalah elemen penting dalam pemecahan masalah. Sebagian pengetahuan dapat diperoleh melalui penerjemahan informasi yang didapat dari lingkungan pada saat proses pemecahan masalah. Pengetahuan relevan lainnya dapat diaktifkan dari ingatan untuk digunakan dalam proses integrasi.
5. Set yang dipertimbangkan merupakan suatu set aturan sederhana dimana konsumen mencari, mengevaluasi, dan mengintegrasikan pengetahuan untuk membuat keputusan. Konsekuensi dasar, kebutuhan, atau nilai yang ingin dicapai atau dipuaskan konsumen disebut sebagai tujuan akhir (end goals).
Menurut Peter dan Olson, 1996, Tiga elemen pemecahan masalah diatas adalah hal yang mendasari seorang konsumen akan mengambil keputusan. Ada hal lain lagi yang sangat kuat mempengaruhi dalam pemecahan masalah konsumen.
1.      Dampak Tujuan Akhir
Pada umumnya, pemasar memiliki pengaruh yang relative kecil pada tujuan akhir konsumen yang abstrak, seperti nilai-nilai dasar. Tetapi pemasar akan dapat mencoba untuk mempengaruhi tuuan akhir konsumen yang tidak begitu abstrak, seperti konsekuensi fungsional dan psikososial yang diinginkan melalui strategi promosi. Mugkin implikasi utama bagi pemasar adalah mengindentifikasikan tujuan dominan dalam penyajian masalah konsumen dan mendesain produk serta strategi promosi yang menghubungkan cirri-ciri produk pada tujuan (Peter dan Olson , 1996).
2.      Dampak Hirarki Tujuan
Jika konsumen memiliki hirarki tujuan yang terdefinisi dengan baik dalam ingatannya, maksud tujuan tersebut dapat diaktifkan dan rencana keputusan yang terkait akan dilakukan secara otomatis. Misalnya tidak tersedia rencana keputusan yang yang lengkap, suatu hirarki tujuan umum dapat menjadi struktur yang sangat berguna untuk mengembangkan rencana keputusan yang efektif tanpa membutuhkan upaya pemecahan masalah yang terlalu besar. Sebaliknya, konsumen yang memiliki pengalaman masa lalu yang sangat kecil tidak akan memiliki hirarki tujuan yang berkembang dengan baik
3.      Dampak Keterlibatan dan Pengetahuan
Proses pemecahan masalah konsumen sangat dipengaruhi oleh jumlah pengetahuan produk yang mereka dapatkan dari sepanjang pengalaman masa lalu, dan melalui tingkat keterlibatan mereka  dengan produk dan atau proses pemilihan
4.      Dampak Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dengan menyela atau menggangu aliran proses pemecahan masalah yang sedang berjalan. Ada 4 jenis kejadian yang dapat mengganggu atau menyela :  Pertama, gangguan dapat muncul ketika informasi tak diharapkan muncul dari lingkungan.  Kedua, ransangan lingkungan yang mencolok dapat mengganggu proses pemecahan masalah.  Ketiga, status pengaruh seperti suasana hati dan kejadian psikososial dapat menyela proses pemecahan masalah yang sedang berlangsung.  Keempat, Konflik yang muncul pada saat proses pengambilan keputusan berlangsung dapat menyela proses pemecahan masalah.  Kelima, dampak dari penyelaan, proses pemecahan masalah konsumen tergantung pada bagaimana konsumen menerjemahkan kejadian yang mengganggu tersebut.

KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN 
Tindakan pasca konsumsi oleh konsumen banyak alternatifnya, produk tersebut bisa diberikan pada orang lain yang membutuhkan, dibuang, dijual, tukar tambah dengan barang lain, disewakan dan lain sebagainya. Tindakan-tindakan tersebut akibat adanya evaluasi terhadap pengkonsumsian, evaluasi tersebut bisa menimbulkan kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan afeksi konsumen, sedangkan perilaku akibat afeksi tersebut adalah loyalitas atau tidak loyal terhadap barang tersebut.
Proses konsumsi akan diikuti oleh pembuangan produk. barang–barang tidak tahan lama yang sudah tidak dipakai lagi biasanya tidak menimbulkan masalah bagi konsumen. Konsumen akan membuang barang yang habis dipakai. Jika diketahui bahwa barang tersebut sudah kadaluarsa sehingga jika dikonsumsi akan membahayakan konsumen. Yang harus dibuang oleh konsumen adalah kemasan dari produk habis pakai tersebut. Berbeda dengan produk tidak tahan lama, produk tahan lama akan menyebabkan konsumen berperilaku berbeda dalam memperlakukan produk jika konsumen tidak lagi memakai atau menginginkan produk tersebut.
Bagaimana konsumen memperlakukan produk tahan lama yang sudah tidak dipakai lagi, mengembalikan implikasi penting bagi lingkungan. Perlakuan yang tidak tepat terhadap produk bekas tersebut mungkin akan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sebaliknya, jika produk tersebut diperlakukan dengan tepat, maka bukan saja akan berdampak baik bagi lingkungan juga perekonomian. Produk-produk peralatan dapur seperti piring, gelas yang berbahan baku kaca, akan menimbulkan masalah lingkungan jika dibuang di sembarang tempat, bahkan jika dibuang ditempat penampungan akhir, sampahpun akan menimbulkan masalah lingkungan. Karena limbah piring dan gelas tidak akan hancur. Jika piring dan gelas tidak dipakai lagi dan didaur ulang oleh perusahaan, maka manfaatnya bukan saja bagi lingkungan, juga bagi perekonomian. Produk–produk tahan lama yang menggunakan bahan baku dari plastik, logam, gelas atau kaca, kain, kulit, kayu, rotan akan menimbulkan polusi lingkungan jika dibuang di tempat sampah. 
Namun di kota- kota besar Indonesia, dijumpai fenomena menarik yaitu banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung di tempat pembuangan akhir sampah mereka secara tidak langsung akan menjadi pahlawan lingkungan walaupun mereka tidak menyadarinya. Bagi sebagai besar, motif utama menjadi pemulung adalah ekonomi atau sebagai mata pencaharian. Pemulung tersebut akan mengambil barang-barang bekas yang akan laku dijual kembali. Barang-barang tersebut biasanya ditampung dan dibeli oleh pedagang pengumpul barang bekas yang kemudian dijula ke pabrik untuk di daur ulang. Barang-barang tersebut adalah plastik, logam, karton, kaleng, dan sebagainya.
Definisi Konsep Kepuasan Dan Loyalitas
 Menurut Mowen dan Minor (2002) Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Ini merupakan penilaian evaluatif pasca pemilihan yang disebabkan oleh seleksi pembelian khusus dan pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.
 Menurut Brown (1992) Kepuasan konsumen adalah suatu kondisi dimana kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap sebuah produk dan jasa, sesuai atau terpenuhi dengan penampilan dari produk dan jasa. Konsumen yang puas akan mengkonsumsi produk tersebut secara terus-menerus, mendorong konsumen akan loyal terhadap suatu produk dan jasa tersebut dan dengan  senang hati mempromosikan produk dan jasa tersebut dari mulut ke mulut.
 Menurut Wells dan Prensky (1996) Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen merupakan suatu sikap konsumen terhadap suatu produk dan jasa sebagai hasil dari evaluasi konsumen berdasarkan pengalaman konsumen setelah menggunakan sebuah produk dan dan jasa. Konsumen akan merasa puas, jika pelayanan yang diberikan dari produk dan jasa menyenangkan hati para konsumen, demikian pula sebaliknya.
 Menurut Kotler dan Keller (2003) Kepuasan konsumen adalah perasaan konsumen, baik itu berupa kesenangan atau ketidakpuasan yang timbul dari membandingkan sebuah produk dengan harapan konsumen atas produk tersebut. Apabila penampilan produk yang diharapkan oleh konsumen tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, maka dapat dipastikan konsumen akan merasa tidak puas dan apabila produk sesuai atau lebih baik dari yang diharapkan konsumen, maka kepuasan atau kesenangan akan dirasakan konsumen.
Kepuasan konsumen dan loyalitas merek merupakan konsep yang terkait erat dengan jenis perilaku pada tahap pasca pembelian/konsumsi. Rasa puas atau tidak puas terhadap konsumsi suatu produk atau merek adalah hasil evaluasi alternatif pasca konsumsi atau evaluasi alternatif tahap kedua (Sumarwan, 2004). Lebih lanjut diuraikan bahwa, kepuasan akan mendorong konsumen untuk mengulang perilaku pembelian/konsumsi; dan bila tidak puas akan menimbulkan kekecewaan yang justru menghentikan mengulang perilaku pembelian/konsumsi. Dari pengertian kepuasan yang disampaikan oleh Angel et. al (1995) serta Mowen dan Minor (1998) dalam Sumarwan (2004) dapat katakan bahwa kepuasan dan tidakpuasan merupakan hasil evaluasi dari pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi  suatu produk (barang dan jasa).
Teori kepuasan (the Expectancy Disconfirmation Model) adalah model yang menjelaskan proses terbentuknya kepuasan atau ketidakpuasan konsumen; yaitu merupakan dampak perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian/konsumsi dengan yang kinerja sesungguhnya yang diperoleh oleh konsumen. Hasil perbandingan tersebut dapat dikelompokan menjadi disconfirmation dan confirmation (Sumarwan, 2004). Secara rinci hasil dampak perbandingan meliputi:
a. positive disconfirmation, terjadi jika kinerja sesungguhnya (actual performance) lebih besar daripada harapan (performance expectation) konsumen,
b. simple confirmation terjadi bila kinerja sesungguhnya sama dengan harapan konsumen,
c. negative disconfirmation, terjadi apabila kinerja sesungguhnya lebih kecil daripada harapan konsumen. 
Kajian tingkat kepuasan terhadap suatu produk (barang atau jasa) dalam bentuk penelitian, dapat diterapkan langsung pada attribut produk atau dimensi tertentu yang menjadi fokus kajian. Pada dimensi kualitas dapat dipilah menjadi kualitas pelayanan dan kualitas produk. Pada setiap dimensi terdiri dari sub-sub dimensi yang dapat dijadikan sebagai dasar pijakan untuk mengidentifikasi atribut yang dipertimbangkan dalam suatu penelitian.
Loyalitas merek dapat diartikan sebagai pembelian berulang yang terus menerus dari merek produk yang sama selama dalam kurun waktu tertentu. Pada pendekatan perilaku, loyalitas terhadap merek produk dapat diukur melalui:
a. proporsi frekwensi pembelian suatu merek produk dibandingkan dengan jumlah pembelian selama periode waktu tertentu.
b. tindakan yang dilakukan ketika mendapatkan merek produk yang dicari tidak tersedia di tempat pembelian.
Berdasarkan proporsi pembelian (proportion-of-purchase method), loyalitas merek diklasifikasi sebagai berikut: 
Tabel 8. Klasifikasi loyalitas merek berdasarkan metode proporsi pembelian 
Sumber: Sumarwan (2004) dimodifikasi
Catatan : Bila proporsi pembelian terhadap suatu merek produk terhadap total pembelian dalam kurun waktu tertentu sebesar lebih dari 50% dikategorikan loyal   
Sementara itu, loyalitas merek berdasarkan tindakan yang dilakukan apabila konsumen tidak menjumpai merek yang dicari tidak tersedia di tempat pembelian dapat diidentifikasi beberapa jenis tindakan sebagai berikut:
A. Konsumen loyal terhadap suatu merek, maka konsumen akan melakukan tindakan:
1. menunda pembelian
2. mencari di tempat lain
B. Konsumen tidak loyal terhadap suatu merek, maka konsumen akan melakukan tindakan:
1. mencari merek lain
2. membeli jenis lain
3. membeli alternatifnya
4. lainnya
Loyalitas konsumen dapat ke dalam dua kelompok, yaitu loyalitas pada merk (brand loyality) dan loyalitas pada toko (store loyality). Konsumen yng merasa puas dengan produk atau merk yang dikonsumsi akan membeli ulang produduk tersebut. Pembelian yang terus menerus dan berulang terhadap suatu produk dan merk yang sama akan menunjukkan loyalitas konsumen terhadap merek. Hal ini yang sebenarnya di harapkan oleh produsen. Salah satu tujuan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen adalah menciptakan loyalitas merek.
Loyalitas merek diartikan sebagai sikap positif konsumen terhadap suatu merek, dan konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang produk yang sama pada saat sekarang dan masa yang akan dating. Keinginan kuat ini dibiktikan dengan tetap membeli  merek yang sama. Loyalitas merek sangat tergantung dengan kepuasan konsumen,semakin puas seorang konsumen terhadap suatu merek, semakin loyal konsumen tersebut terhadap suatu merek. Pendekatan perilaku tidak mengungkapkan alasan seseorang membeli suatu produk, apakah konsumen benar-benar loyal terhadap produk itu atau hanya pembalian yang berulang. Perasaan sesungguhnya yang dirasakan konsumen tidak dapat diketahui, maka dikembangkan pendekatan yang kedua yaitu pendekatan sikap. Konsumen yang loyal adalah konsumen yang menyatakan suka terhadap merk tersebut, kemudian menggunakannya. Loyalitas merek akan menyebabkan munculnya komitmen merek, yaitu kedekatan emosional dan psikologi dari konsumen terhadap suatu produk. 
Loyalitas toko adalah perilaku konsisten konsumen dalam mengunjungi toko dimana disitu konsumen dapat membeli merk produk yang diinginkan. Konsep loyalitas toko hamper sama dengan konsep loyalitas merek, hanya saja loyalitas toko  terjadi salah satunya karena kualitas pelayanan toko yang memuaskan.
Ada 4 metode yang bisa digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen, yakni : 1. Sistem Keluhan dan Saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada konsumen akan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi pelanggan  utnuk menyampaikan pendapat, saran dan keluhan konsumen. Media yang bbisa digunakan antara lain adalah kotak saran.
2. Survei Kepuasan Konsumen
Penelitian mengenai kepuasan konsumen banyak yang dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi. Keuntungan dari menggunakan metode survei adalah perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari konsumen dan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan memperhatikan konsumennya.
3. Gost Shopping
Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang utnuk bersikap sebagai pelanggan di perusahaan pesaing.
4. Analisa Pelanggan yang Hilang

Metode ini dilaksanakan dengan cara perusahaan menghubungi para pelanggannya yang telah berhenti atau yng telah beralih pemasok dan perusahaan menanyakan penyebab pelanggan berhenti membeli atau beralih pemasok. 
dessycemil
PERILAKU KONSUMEN - written by dessycemil , published at 21.19 . And have 1 comment
1 comment Add a comment
AMISHA
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Reply Delete
Cancel Reply
GetID

Translate

histats

My Blog List

Daftar Blog

info

Copyright ©2013 EKONOMI MANAJEMEN by
Theme designed by Damzaky - Published by Proyek-Template
Powered by Blogger