KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa
karena atas bimbingan,petunjuk dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya kami bisa
menyelesaikan tugas mata kuliah Islam Terapan. Sehingga tugas ini bisa
terselesaikan tepat waktu. Tugas ini sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai
mahasiswa.
Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dra.Indah
Listyani,MM
Sebagai
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri
2. Ustadus
Solihin,SE.MM
Sebagai
Kajur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri
3. Moch.Saleh
Udin
Dosen
Perilaku Konsumen Universitas Islam Kadiri
Isi yang terkandung dalam tugas ini
adalah tentang tinjauan individu perilaku konsumen. Yang diharapkan bisa
bermanfaat bagi pembaca dan penyusun. Dimana bagi pembaca bisa menambah wawasan
atau pengetahuan dan bagi penyusun bisa memenuhi nilai yang diharapkan. Kami
menyadari bahwa dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan dalam pembuatan tugas
selanjutnya.
Kediri,
Mei 2015
Kelompok
4
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perilaku
konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu,kelompok atau organisasi
yang berhubungan dengan proses mendapatkan atau menggunakan suatu produk.Dalam
perilaku konsumen akan dapat mendalaminya dan akan berhasil apabila dapat
memahami aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan,kekuatan faktor
sosial budaya dan prinsip ekonomi serta strategi pemasaran.Kemampuan dalam
menganalisis perilaku konsumen bisa dilakukan dengan mendalami jiwa konsumen
dalam memenuhi kubutuhannya.Dengan ini keberhasilan penguasaha,pimpinana toko,
dan pramuniaga dalam memasarkan produknya dikatakan berhasil dan bisa memenuhi
kepuasan pelanggan.
Ada
dua alasan,mengapa perlu mempelajari perilaku konsumen yaitu memahami keinginan
konsumen,dimana nanti akan membawa produsen pada kebijakan yang harus diambil
agar nantinya akan menentukan kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.Dan
mengetahui kelebihan banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan,yang
dimana akan menyebabkan banyak produk
yang tidak terjual dan mengakibatkan perusahaan dalam kondisi yang buruk.Selain
itu perilaku juga penting untuk dipelajari karena bisa membantu manajer dalam
pengambilan keputusan,memberi pengetahuan para peneliti pemasaran dengan dasar
pengetahuan pengetahuan analisis konsumen,membantu legislator dan legulator
menciptakan peraturan pembelian dan penjualan,dan sekaligus membantu konsumen
dalam pembuatan keputusan pembelian yang baik.
Dalam
perilaku konsumen ada beberapa provesi yang berperan penting mengkaji perilaku
konsumen diantaranya adalah: manajer, birokrat, produsen, peneliti, konsultan
dan banyak yang lainnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Hal apa saja yang harus diketahui dalam
mengkaji perilaku individu konsumen?
2.
Apa pengertian kognisi?
3.
Apa pengertian afeksi?
4.
Tindakan apa yang dilakukan konsumen
sebelum menentukan pilihan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan
dalam mengkaji perilaku konsumen.
2.
Mengetahui tentang kognisi.
3.
Mengetahui tentang afeksi.
4.
Mengetahui tentang hal-hal yang harus
dilakukan konsumen sebelum menentukan pilihan.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi pembaca diharapkan bisa menambah
wawasan dalam mengkaji perilaku individu konsumen.
2.
Bagi penulis diharapkan bisa menambah
nilai pada matakuliah perilaku konsumen yang memuaskan.
E.
Batasan Penulisan
Tugas
ini hanya pembahasan tentang tinjauan individu konsumen dalam menetukan
pilihannya,diluar dari pembahasan itu bukan taggung jawab dari kelompok kami.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Pandangan Kognitif
Perilaku konsumen bisa dikaji dengan dua
pendekatan yaitu pandangan kognitif dan pendekatan perilaku. Komponen yang
terdapat pada pandangan kognitif terdiri dari keyakinan dan pengetahuan
konsumen terhadap suatu produk. Dimana setiap konsumen memiliki keyakinan pengetahuan
yang berbeda pada setiap produk. Kognisi yang mengacu pada proses berpikir
sadar dimana proses kognisi dilakukan dengan tidak sadar dan otomatis. Kognisi
kadang melibatkan pikiran, ditandai dengan pemilihan atau seleksi dari
informasi kualitas, kuantitas, harga, kebutuhan, dan dapat terjadi melalui
proses berpikir sadar maupun tidak sadar serta secara otomatis langsung
tertarik untuk membeli.
Menurut Gerald Zaltman dan Melanie
Walendorf (1979), motif-motif kognitif menekankan pada proses informasi
seseorang. Macam-macam motif kognitif antara lain:
1. Konsistensi,
kecenderungan konsumen dalam menerima yang positif antara harga dengan
kualitas.
2. Atribut,
difokuskan pada orientasi konsumen terhadpa kejadian eksternal dalam
lingkungan.
3. Kategorisasi,
konsumen termotifasi untuk mmpersiapkan mentalnya dalam mengkategorikan
pengalamannya yang didapat.
4. Objektifitas,
pemilihan merk yang dipengaruhi tindakan sebelumnya.
5. Autonomi,tekanan
pada perkembangan kebutuhan konsumen.
6. Stimulasi,
keingintahuan dan mencari sesuatu yang baru pada diri setiap konsumen.
7. Teologis,
konsumen membandingkan pikirannya dengan situasi yang ada dan membuat situasi
yang nyata menjadi sesuatu yang mungkin untuk pikirannya.
8. Utilitarian,
motif untuk memecahkan masalahdan sebagai dorongan mendapat informasi yang
bermanfaat.
Dalam perilaku konsumen ini pengambilan
keputusan konsumen melibatkan tiga proses kognitif yang penting, diantaranya:
1. Konsumen
harus mengerti dengan informasi suatu produk yang nantinya bisa menciptakan
arti atau pengetahuan personal.
2. Konsumen
harus mengkombinasikan pengetahuan suatu produk yang telah diketahui untuk
menetapkan perilaku diantara alternatif yang ada.
3. Konsumen
harus mengulang pengetahuan tentang suatu produk untuk proses integrasi dan
interpretasi.
Proses kognitif yang dilibatkan dalam
berbagai situasi pengambilan keputusan diatas, melewati tahapan-tahapan yang
tidak selalu urut. Dimana tahapan-tahapan itu antara lain pembelajaran
konsumen, pengolahan informasi dan persepsi, pengetahuan dan keterlibatan, motivasi
dan kebutuhan konsumen, yang nantinya akan tiba pada saat berperilau dan
bersikap.
B. Afeksi
Afeksi adalah keberadaan seseorang atau
sesuatu yang dirasakan seseorang (senang, marah, bosan). Afeksi mengacu pada
tanggapan perasaan. Orang dapat mengalami empat jenis tanggapan afeksi yaitu
emosi, perasaan tertentu, suasana hati dan evaluasi. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi afeksi seseorang seperti sikap konsumen, gaya hidup serta pribadi
dan kepribadian.
1. Sikap
Konsumen
Faktor
yang mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep
kepercayaan (beliefe) dan perilaku (bahavior). Kepercayaan konsumen adalah
pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atribut, manfaatnya(Mowen dan
Minor,1998 hal 242).
Kepercayaan
konsumen atau pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk
memiliki atribut dan berbagai manfaat dari atribut tersebut.
Pemasar
harus mengetahui atribut-atribut yang diketahui konsumen dan yang digunakan
sebagai evaluasi produk. Pengetahuan tersebut berguna dalam dalam
mngkomunikasikan atribut suatu produk kepada konsumen. Kepercayaan konsumen
pada produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen,
karena itu kepercayaan suatu produk berbeda diantara para konsumen.
2. Gaya
Hidup
Gaya
hidup akan mempengaruhi perilaku seseorang dan pada akhirnya menentukan pilihan
konsumsinya. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian, kepribadian merefleksikan
internal konsumen sedangkan gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari
karakteristik perilaku konsumen.
3. Pribadi
dan Kepribadian
Perilaku konsumen dapat
dikaji dengan dua pendekatan yaitu pandangan kognitif dan pendekatan perilaku.
Pada pandangan kognitif, dalam mengkaji konsumen lebih difokuskan pada apa yang
dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen.
Proses kognitif dan afektif untuk memahami psikologi internal (aspek
mental). Sedangkan pada pendekatan perilaku lebih menekankan pada perilaku
nyata apa yang dilakukannya, yakni perilaku yang dapat diamati langsung dan
diukur. Perbedaan antara pandangan kognitif dan pendekatan perilaku dapat
difahami dari sudut pandang: Posisi dan asumsi Pendekatan riset dan praktis
Pandangan pemasar Secara umum terdapat dua manfaat dari pendekatan perilaku
konsumen, yaitu untuk mengembangkan dan mengevaluasi strategi pemasaran. Pendekatan perilaku konsumen dapat digunakan
untuk mengembangkan strategi dalam rangka mempengaruhi kemungkinan pembelian
tanpa mengubah sikap pra pembelian, misalnya mengembangkan promosi yang dapat
meningkatkan akses informasi.
Pengembangan strategi tersebut harus memperhatikan tahapan perilaku
dalam proses pembelian sebagaimana yang disajikan pada Bagan 30. Terkait dengan evalusi strategi pemasaran,
pendekatan perilaku dapat digunakan untuk mengkaji keefektifan promosi
penjualan; yakni dengan mempelajari dampak promosi terhadap perilaku
konsumen. Untuk itu perlu didukung
pengetahuan tentang jenis dan bentuk promosi.
Proses
Keputusan Pembelian
Keputusan membeli atau
mengkonsumsi suatu produk dengan merk tertentu akan diawali oleh langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Pengenalan kebutuhan
Pengenalan
kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah yaitu suatu keadaan
dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang
sebenarnya terjadi. Kebutuhan harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum ia bisa
dikenali. Ada beberapa faktor yamg mempengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu :
waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan
individu, pengaruh pemasaran.
2.
Pencarian informasi
Pencarian
informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut
bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
Pencarian
informasi bisa melalui informasi internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pencarian informasi adalah a/ faktor resiko produk (keuangan,
fungsi, psikologis, waktu, sosial, fisik), b/ faktor karakteristik konsumen
(pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian dan karakteristik
demografik), c/ faktor situasi (waktu yang tersedia untuk belanja, jumlah
produk yang tersedia, lokasi toko, ketersediaan informasi, kondisi psikologis
konsumen, resiko sosial dari situasi, tujuan belanja)
3.
Evaluasi alternatif
Evaluasi
alternati adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merk dan memilihnya
sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses ini, konsumen membandingkan
berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Setelah
menentukan kriteria atau atribut dari produk atau merk yang dievaluasi, maka
langkah berikutnya adalah menentukan alternatif pilihan. Konsumen akan
mengurangi pilihan bila dirasa tidak memenuhi kriteria evaluasi. Kemudian
konsumen akan menentukan pilihan produk Tehnik pemilihan produk ada dua yaitu :
tehnik kompensatori dan tehnik non kompensatori. Prinsip dari tehnik
kompensatori adalah kelebihan suatu atribut dari sebuah merk dapat menutupi
kelemahan atribut lainnya. Prinsip dari tehnik non kompensatori adalah
kelemahan suatu atribut dari sebuah merk tidak dapat ditutupi oleh kelebihan
atribut lainnya.
4.
Tindakan
pembelian
Setelah
menentukan pilihan produk, maka konsumen akan melanjutkan proses berikutnya,
yaitu melakukan tindakan pembelian
produk atau jasa tersebut. Jenis pembelian produk atau jasa yang
dilakukan oleh konsumen bisa digolongkan menjadi 3 macam yaitu : pembelian yang
terencana sepenuhnya, pembelian yang separuh terencana, pembelian yang tidak
terencana. Adapun proses pembelian melalui tahap pra-pembelian yaitu mencari
informasi dan mempersiapkan dana. Selanjutnya tahap pembelian, perilaku
konsumen yaitu berhubungan dengan toko, mencari produk di toko tersebut, dan
transaksi.
5.
Pasca Konsumsi
Setelah
mengkonsumsi produk atau jasa, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai
disini, namun ada tindakan lain yang mengikuti konsumsi, yang disebut tindakan
pasca konsumsi. Tindakan pasca tersebut akan berlanjut setelah konsumen
melakukan evaluasi, bisa menimbulkan kepuasan, bisa ketidakpuasan. Hal ini akan
dilanjutkan lebih jelas pada bab berikutnya tentang kepuasan dan loyalitas
konsumen.
Perilaku konsumen dapat
dikaji dengan dua pendekatan yaitu pandangan kognitif dan pendekatan perilaku.
Pada pandangan kognitif, dalam mengkaji konsumen lebih difokuskan pada apa yang
dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen.
Proses kognitif dan afektif untuk memahami psikologi internal (aspek
mental). Sedangkan pada pendekatan perilaku lebih menekankan pada perilaku nyata
apa yang dilakukannya, yakni perilaku yang dapat diamati langsung dan diukur.
Perbedaan antara pandangan kognitif dan pendekatan perilaku dapat difahami dari
sudut pandang: Posisi dan asumsi Pendekatan riset dan praktis Pandangan
pemasar Secara umum terdapat dua manfaat dari pendekatan perilaku konsumen,
yaitu untuk mengembangkan dan mengevaluasi strategi pemasaran. Pendekatan perilaku konsumen dapat digunakan
untuk mengembangkan strategi dalam rangka mempengaruhi kemungkinan pembelian
tanpa mengubah sikap pra pembelian, misalnya mengembangkan promosi yang dapat
meningkatkan akses informasi.
Pengembangan strategi tersebut harus memperhatikan tahapan perilaku
dalam proses pembelian sebagaimana yang disajikan pada Bagan 30. Terkait dengan evalusi strategi pemasaran,
pendekatan perilaku dapat digunakan untuk mengkaji keefektifan promosi
penjualan; yakni dengan mempelajari dampak promosi terhadap perilaku
konsumen. Untuk itu perlu didukung
pengetahuan tentang jenis dan bentuk promosi.
Bidang riset konsumen
yang mempertimbangkan perspektif perilaku tidak hanya terkait dengan promosi
penjualan, namun juga pada pemasaran sosial (sosial marketing). Penelitian pada bidang pemasaran sosial
adalah mengkaji program atau strategi yang ditujukan pada segmen pasar
masyarakat atau konsumen secara umum. Manfaat dari kajian pemasaran sosial
ialah dapat mengidentifikasi berbagai macam insentif yang dapat meningkatkan
setiap jenis perilaku dalam proses pembelian (lihat Bagan 30). Disamping itu, dapat diidentifikasi pesan
yang dapat mengurangi beberapa hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Misalnya pesan yang terdapat pada bungkus
rokok.
Pandangan tradisional
terhadap proses pembelian adalah menggambarkan urutan kejadian kognitif (Peter
dan Olson, 1996); sebagaimana yang ditunjukkan pada Bagan 29. Model tersebut
menggambarkan urutan variabel kognitif; yakni kesadaran, pemahaman, perhatian,
evaluasi, keyakinan, pengetahuan, keinginan, dan sebagainya. Dalam kaitannya
dengan strategi pemasaran adalah bagimana pamasaran mampu mengubah variabel
kognitif tersebut agar konsumen melakukan pembelian dengan memperhatikan setiap
tahapan. Sebagai contoh, pemasar harus
membuat perencanaan dan strategi pemasaran yang mampu meningkatkan kesadaran,
pemahaman dan perhatian terhadap suatu produk.
Bagan 29. Urutan kejadian kognitif dalam proses
pembelian (Peter dan Olson,1996)
Tahapan proses
pembelian dapat juga dianalisis sebagai urutan perilaku sebagaimana yang
disajikan pada Bagan 29. Walaupun urutan
tahapan tersebut adalah logis, namun menurut Peter dan Olson (1996) ada
beberapa hal perlu diperhatikan:
a.
Tidak setiap pembelian mengikuti urutan tersebut dan mensyaratkan bahwa semua
aspek perilaku harus dilakukan.
b.
Model ditunjukan hanya untuk mendeskripsikan satu jenis urutan perilaku
pembelian eceran; sehingga model dapat
dikembangkan untuk jenis pembe-lian yang lain.
c.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap tahapan bervariasi tergantung
beberapa faktor.
d.
Setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran menpunyai
penekanan yang berbeda dalam rangka mendorong perilaku.
Pembagian tahapan umum
dalam proses pembelian yang diuraikan Peter dan Olson (1996) agak sedikit
berbeda dengan yang disajikan oleh Sumarwan (2004). Untuk lebih jelasnya
silahkan mencermati bagan 30a dan 30b.
Bagan 30a Tahapan proses pembelian (Peter dan Olson,
1996)
Bagan 30b
Tahapan proses pembelian Sumarwan (2004)
Pada bagan 30 nampak
terdapat sedikit perbedaan, yaitu pada jenis perilaku pada urutan yang
terakhir. Pada Peter dan Olson (1996)
lebih menekankan pada informasi yang diberikan oleh konsumen kepada pemasar dan
konsumen lain; sedangkan pada Sumarwan (2004) lebih difokuskan pada proses
evaluasi pasca pembelian/konsumsi.
Pemasar memerlukan
komunikasi dari konsumen pascapembelian dengan maksud untuk memperoleh
informasi pemasaran dan konsumen potensial.
Informasi pemasaran yang dimaksud adalah informasi tentang:
a)
karakteristik konsumen yang telah melakukan pembelian yang akan digunakan untuk
mengetahui kualitas strategi pemasarn,
b)
karakteristik konsumen potensial; dan
c)
produk yang rusak (Peter dan Olson, 1996).
Komunikasi antara
konsumen yang telah melakukan pembelian dengan konsumen yang lain sangat
diharapkan oleh pemasar, terutama pada kondisi evaluasi pascapembelian konsumen
mendapatkan kepuasan. Dengan
mengkomuni-kasikan kepuasan yang diperoleh dari pasca pembelian, cenderung
dapat menciptakan dorongan kuat terjadinya pembelian. Hal itu terjadi karena konsumen lain tertarik untuk membuktikannya.
Penjelasan bagan 30a.
Kontak
Informasi
Tahapan awal yang
umumnya terjadi dalam tahapan pembelian disebut dengan istilah kontak informasi
(information contact), terjadi ketika konsumen terlibat langsung dengan
informasi tentang produk, toko, atau merk. Perilaku dalam tahapan ini antara
lain membaca atau mengamati surat kabar, majalah, dan papan iklan; mendengarkan
iklan di radio; menonton iklan di televisi; dan berbicara dengan salesman atau kawan.
Pada titik ini, masalah praktis bagi pemasar adalah meningkatkan kemungkinan
bahwa konsumen akan mengamati dan memperhatikan informasi, karena hal ini akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku lain.
Bukan hanya pemasar
saja yang beruaha menyediakan informasi bagi konsume, tetapi konsumen juga
berusaha mencari informasi tentang produk, merek, toko, dan harga. Manajer
pemasaran sutu merek dengan pangsa pasar rendah biaasanya ingi meningkatkan
perilaku pencarian konsumen, karena dengan demikian akan meningkatkan pula
kemungkinan konsumen mengubah pilihannya ke mereknya. Merek dengan pangsa pasar
tinggi dapat mencoba menghalangi perilaku pencarianeksternal karena perilaku
tersebut dapat mengakibatkan pindanya pilihan konsumen ke merek lain.
Sejumlah strategi
pemasaran ditujukan untuk menciptakan perilaku yang penuh perhatian. Semuanya
tampak konsisten dengan pendekatan perilaku. Misalnya penjadwalan; media, isi
dan tata letak pesan, wana, dan humor dalam iklan, serta pola pengulangaannya
semuanya ditujukan untuk menciptakan rangsangan yang dapat meningkatkan
kemungkinan bahwa konsumen potensial akan memperhatikannya.
Akses
Dana
Pandangan pemasar saat
ini menekankan pertukaran sebagai konsep kunci untuk dapat memahami bidang
pemasaran. Meskipun demikian, tidak banyak perhatian yang diberikan pada apa
yang dipertukarkan konsumen dalam proses pemasaran. Sementara biaya waktu dan
tenaga diperhitungkan, uang adalah media utama dalam pertukaran konsumen.
Konsumen harus mengakses media ini dalam satu bentuk atau bentuk lainnya
sebelum pertukaran terjadi, yaitu melakukan kegiatan yang dikenal dengan
istilah akses dana (funds access). Issu pemasaran utama pada tahapan ini adalah
(1) metode yang digunakan konsumen untuk membayar dan (2)strategi pemasaran untuk
meningkatkan kemungkinan konsumen dapat mengakses dana untuk pembelian.
Konsumen dapat membayar
suatu penawaran produk dengan berbagai macam cara. Termasuk di dalamnya adalah
uang tunai di kantong, penarikan tunai dari bank, mengisi check, menggunakan
kartu kredit,membuka akun tagihan di toko, menggunakkan kartu debet, dan
membuat lini kredit lainnya seperti pinjaman bank.
Sejumlah strategi
lainnya dapat meningkatkan kemungkinan konsumen mengakses dana untuk belanja.
Misalnya memberikan hadiah kecil kepada yang mengajukan pendaftaran kartu
kredit, menempatkan ATM di pusat pertokoan, menetapkan persyaratan kredityang
bebas dan kebijakan menukar check menjadi uang tunai, serta menerima berbagai
macam kartu kredit yang sah.
Kontak
Toko
Yang termasuk dalam
kontak toko (store contact) adalah:
(1) mengetahui lokasi
toko,
(2) melakukan
perjalanan ke toko, dan
(3) memasuki toko.
Kondisi konsumen dalam
peran mereka sebagai pembeli mempengaruhi kemungkunan terjadinya kontak toko.
Adanaya perbedaan setiap konsumen merupakan dimensi penting dalam mendesain
strategi segmentasi pasar suatu toko.
Berbagai strategi
didesain untuk meningkatkan kemungkinan kontak toko. Misalnya memilih lokasi
yang nyaman di suatu daerah yang lalu lintasnya padat dan dilengkapi dengan
areal parkir yang luas. Taktik lainnya digunakan untuk menarik konsumen
potensial datang ke lingkungan sekitar pertokoan atau mal adalah karnaval di
areal perparkiran, peragaan busana gratis atau hiburan mal lainnya.
Kontak
Produk
Berbagai metode yang
digunakan untuk menciptakan kontak produk (product contact) antara lain
strategi dorong (push strategies) seperti potongan harga dan insentif untuk
mendorong daya juang para pengecer. Pendekatan lain disebut dangan strategi
tarik (pull strategies) seperti kupon potongan harga yang ditujukan untuk
mendorong konsumen membeli merek tertentu.
Sekali seorang konsumen
berada di toko, ada 3 perilaku yang dibutuhkan agar suatu pembelian terjadi:
(1) mencari lokasi
produk atau merek di toko,
(2) mendapatkan fisik produk atau merek
tersebut,
(3) membawa produk atau
merek yang didapat ke titik pertukaran (misalnya: kasir).
Sejumlah taktik dapat
digunakan untuk membawa konsumen potensial ke titik pertukaran atau kasir.
Misalnya kasir biasanya ditempatkan di sebelah pintu keluar, dan kartu parkir
biasanya diperiksa di sekitar lokasi tersebut. Di samping itu, pramuniaga
sering menemani konsumen hingga ke kasir di mana mereka dapat memecahkan
masalah pembayaran.
Transaksi
Dari sudut pandang
makro, memfasilitasi pertukaran dipandang sebagai tujuan utama pemasaran. Dari
sudut pangang mikro, hal ini meibatkan transaksi (transactions) di mana dana
konsumen dipertukarkan dengan produk atau jasa. Berbagai strategi pemasaran
ditujukan untuk menghilangkan hal-hal yang menghambat terjadinya transaksi.
Misalnya, penggunaan kasir ekspres dan scanner elektronik untuk mengurangi
waktu tunggu konsumen pada saat membayar.
Penguatan positif yang
diberikan adalah elemen penting dalam menciptakan penjualan. Taktik seperti
diskon, pelayanan yang ramah oleh pramuniaga, dan adanya tiket untuk diundi
dapat meningkatkan kemungkinan pembelian dan pembelian ulang. Ciri-ciri produk
atau jasa yang menjadi perkuatan juga merupakan elemen yang penting, baik yang
berupa manfaat fungsional maupun psikososial.
Konsumsi
Penkonsumsian
(consumption) dan penggunaan yang tampaknya seperti suatu perilaku yang terlalu
sederrhana unuk digambarkan, walaupun pada kenyataannya tidak benar karena
adanya perbedaan yang sangat luaspada ciri-ciri produk atau jasa. Misalnya,
perbedaan perilaku-perilaku khas yang muncul dalam pembelian produk tak tahan
lama (seperti burger dan kentang goreng) dengan produk tahan lama (seperti
mobil). Burger dan kentang goreng cenderung dikonsumsi segera dan kemasannya
dibuang dengan benar.
Beberapa strategi dapat
meningkatkan pengkonsumsian dilakukan dengan cepat, seperti penggunaan kursi
yang hanya nyaman diduduki beberapa saat saja dan kejutan yang digunakan
sebagai tanda terima kasih.
Apapun jenis produk
yang dijual, perhatian utama pemasaran adalah pada bagaimana meningkatkan
kemungkinan pembelian ulang. Untuk produk tidak tahan lama yang dibungkus, biasanya
digunakan taktik seperti penggunaan kupon di luar atau di dalam kemasan untuk
mendorong konsumen membeli kembali merek yang sama.
Komunikasi
Tahap terakhir dari
perilaku yang berusaha ditingkatkan oleh pemasar adalah komunikasi
(communication). Pemasar ingin agar konsumennya berkomunikasidengan dua maksud
utama yaitu (1) mereka ingin konsumen untuk menyediakan informasi pemasaran
kepada perusahaan dan (2)memberitahu konsumen potensial tentang produk dan
mendorong mereka untuk membelinya.
Dari Konsumen ke
Pemasar Pemasar biasanya membutuhkan paling tidak tiga jenis informasi dari
konsumen. Pertama, mereka membutuhkan informasi tentang konsumen untuk
mengetahui kualitas strategi pemasaran mereka dan keberhasilan segmentasi pasar
yang dilakukan. Kedua, nama pembeli potensial lainnya. Beberapa perusahaan dan
organisasi menawarkan hadiah jika pelanggan mereka memberikan beberapa nama
pembeli potensial dan akan diberikan hadiah yang lebih besar lagi jika nama
yang diberi ternyata benar-benar membeli. Yang terakhir, pemasar juga mencari
informasi dari konsumen sehubungan dengan produk yang rusak.
Dari Konsumen ke
Konsumen Pemasar juga menginginkan agar konsumen menceritakan pada teman mereka
dan orang lain tentang produk yang mereka beli. Suatu produk yang efektif dan
berkinerja baik dapat mendorong perilaku ini. Komunikasi dari mulut ke mulut
adalah cara yang paling populer. Taktik tersebut dapat meningkatkan bukan hanya
komunikasi tetapi juga perilaku lain dalam tahapan pembelian. Jadi konsumen
sering belajar tentang perilaku pembelian dan penggunaan melaui proses
pembelajaran vicarious.
Empat tipe proses
pembelian konsumen :
1. Proses “ Complex
Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada
pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem
fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam
kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi
dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu
seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk
mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan
keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti
persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan
stratergi pemasaran.
2. Proses “Brand
Loyalty“. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu
dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket
merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian
adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan
dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi.
Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian
informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam
konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak
terlibat atau keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya adalah tipe
pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia.
3. Proses “ Limited
Decision Making “. Konsumen kadang- kadang mengambil keputusan walaupun mereka
tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki
sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang
mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya
dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih
terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan
keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu
tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan
kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah
bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan
apabila resikonya minimal.
4. Catatan proses
pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan
barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepentingan dan pengambilan keputusan
tergantung lebih kepada sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik
produk itu sendiri. Seorang konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih
produk makanan sereal dewasa karena nilai nutrisinya, konsumen lain mungkin
lebih menekankan kepada kecantikan dan menggeser merek dalam mencari variasi.
5. Proses “ Inertia “.
Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan
keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal
kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada
hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap
evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi
keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan
convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk
membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu.
Ada 4 macam perspektif
dari model manusia dalam mengambil keputusan, yaitu : 1. Manusia ekonomi yaitu
manusia dipandang sebagai seorang individu yang melakukan keputusan secara
rasional. Agar dia berfikir rasional, maka ia harus menyadari berbagai
alternatif produk yang tersedia. Dan merangkingnya alternatif produk tersebut
dan mengambil keputusan berdasarkan harga, jumlah barang, utilitas marjinal dan
kepuasan.
2. Manusia pasif yaitu
manusia dipandang sebagai individu yang mementingkan diri sendiri dan menerima
berbagai macam promosi yang ditawarkan pemasar. Ia digambarkan sebagai pembeli
yang irasional dan impulsif. Bertolak belakang dengan manusia ekonomi
3. Manusia kognitif
menggambarkan konsumen sebagai individu yang berfikir untuk memecahkan masalah.
Ia bisa pasif dalam menerima produk atau jasa apa adanya, tetapi juga
seringkali aktif dalam mencari alternatif produk yang dapat memenuhi kebutuhan
dan kepuasannya. Model berfokus kepada proses konsumen dalam mencari dan
mengevaluasi informasi dalam memilih merk dan toko eceran.
4. Manusia emosial
menggambarkan konsumen sebagai individu yang memiliki perasaan mendalam dan
emosi yang mempengaruhi pembelian atau pemelikan barang- barang tertentu.
Pengambilan keputusan
merupakan penyelesaian masalah seorang konsumen dari pemilihan beberapa
alternative. Ada tiga elemen dasar pemecahan masalah yang mempengaruhi konsumen
memutuskan pilihan alternatif tersebut . Menurut Peter dan Olson tahun 1996
,Penyajian masalah (problem representation)
ini dapat meliputi:
1.
Tujuan akhir adalah konsekuensi dasar, kebutuhan, atau nilai yang ingin dicapai
atau diputuskan konsumen. Tujuan tersebut memberikan fokus pada pada keseluruhan
proses pemecahan masalah. Beberapa tujuan akhir menyajikan kembali konsekuensi
ynag lebih nyata dan lebih kongkrit. Sedangkan tujuan akhir lainnya bisa lebih
abstrak.
2.
Beberapa tujuan akhir (misalnya menjadi senang) bersifat umum dan luas yang
tidak dapat langsung dijadikan sebagai alasan bagi konsumen untuk bertindak,
misalnya sebagian besar konsumen tidak dapat merinci rencana keputusan dari
suatu tindakan khusus yang akan encuatkan satu merk kalkulator terbaik atau
upaya menghindari pembelian mobil yang “brengsek”.
3.
Kemudian tujuan akhir dan subtujuan adalah sebuah hirarki tujuan. membentuk
hirarki tujuan adalah sama dengan mengurai suatu masalah rumit menjadi suatu
runtutan sub masalah yangn lebih sederhana yang dapat diatasi secara
terpisah-terpisah. Misalnya membeli mobil baru membutuhkan paling tidak satu
kali perjalanan ke dealer mobil, yang akan menciptakan submasalah, yaitu dealer
mana yang harus dikunjungi dan kapan harus pergi. Biasanya konsumen dapat
menyelesaikan keseluruhan masalah dengan memecahkan submasalah yang lebih
sederhana secara berurutan.
4.
Pengetahuan relevan adalah elemen penting dalam pemecahan masalah. Sebagian
pengetahuan dapat diperoleh melalui penerjemahan informasi yang didapat dari
lingkungan pada saat proses pemecahan masalah. Pengetahuan relevan lainnya
dapat diaktifkan dari ingatan untuk digunakan dalam proses integrasi.
5.
Set yang dipertimbangkan merupakan suatu set aturan sederhana dimana konsumen
mencari, mengevaluasi, dan mengintegrasikan pengetahuan untuk membuat
keputusan. Konsekuensi dasar, kebutuhan, atau nilai yang ingin dicapai atau
dipuaskan konsumen disebut sebagai tujuan akhir (end goals).
Menurut Peter dan
Olson, 1996, Tiga elemen pemecahan masalah diatas adalah hal yang mendasari
seorang konsumen akan mengambil keputusan. Ada hal lain lagi yang sangat kuat
mempengaruhi dalam pemecahan masalah konsumen.
1. Dampak
Tujuan Akhir
Pada
umumnya, pemasar memiliki pengaruh yang relative kecil pada tujuan akhir
konsumen yang abstrak, seperti nilai-nilai dasar. Tetapi pemasar akan dapat
mencoba untuk mempengaruhi tuuan akhir konsumen yang tidak begitu abstrak,
seperti konsekuensi fungsional dan psikososial yang diinginkan melalui strategi
promosi. Mugkin implikasi utama bagi pemasar adalah mengindentifikasikan tujuan
dominan dalam penyajian masalah konsumen dan mendesain produk serta strategi
promosi yang menghubungkan cirri-ciri produk pada tujuan (Peter dan Olson ,
1996).
2. Dampak
Hirarki Tujuan
Jika
konsumen memiliki hirarki tujuan yang terdefinisi dengan baik dalam ingatannya,
maksud tujuan tersebut dapat diaktifkan dan rencana keputusan yang terkait akan
dilakukan secara otomatis. Misalnya tidak tersedia rencana keputusan yang yang
lengkap, suatu hirarki tujuan umum dapat menjadi struktur yang sangat berguna
untuk mengembangkan rencana keputusan yang efektif tanpa membutuhkan upaya
pemecahan masalah yang terlalu besar. Sebaliknya, konsumen yang memiliki
pengalaman masa lalu yang sangat kecil tidak akan memiliki hirarki tujuan yang
berkembang dengan baik
3. Dampak
Keterlibatan dan Pengetahuan
Proses
pemecahan masalah konsumen sangat dipengaruhi oleh jumlah pengetahuan produk
yang mereka dapatkan dari sepanjang pengalaman masa lalu, dan melalui tingkat
keterlibatan mereka dengan produk dan
atau proses pemilihan
4. Dampak
Lingkungan
Faktor
lingkungan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dengan menyela
atau menggangu aliran proses pemecahan masalah yang sedang berjalan. Ada 4
jenis kejadian yang dapat mengganggu atau menyela : Pertama, gangguan dapat
muncul ketika informasi tak diharapkan muncul dari lingkungan. Kedua,
ransangan lingkungan yang mencolok dapat mengganggu proses pemecahan masalah.
Ketiga, status pengaruh seperti suasana hati dan kejadian psikososial dapat
menyela proses pemecahan masalah yang sedang berlangsung. Keempat, Konflik
yang muncul pada saat proses pengambilan keputusan berlangsung dapat menyela
proses pemecahan masalah. Kelima, dampak dari penyelaan, proses pemecahan
masalah konsumen tergantung pada bagaimana konsumen menerjemahkan kejadian yang
mengganggu tersebut.
KEPUASAN DAN
LOYALITAS KONSUMEN
Tindakan pasca konsumsi
oleh konsumen banyak alternatifnya, produk tersebut bisa diberikan pada orang
lain yang membutuhkan, dibuang, dijual, tukar tambah dengan barang lain,
disewakan dan lain sebagainya. Tindakan-tindakan tersebut akibat adanya
evaluasi terhadap pengkonsumsian, evaluasi tersebut bisa menimbulkan kepuasan
atau ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan afeksi konsumen,
sedangkan perilaku akibat afeksi tersebut adalah loyalitas atau tidak loyal
terhadap barang tersebut.
Proses konsumsi akan
diikuti oleh pembuangan produk. barang–barang tidak tahan lama yang sudah tidak
dipakai lagi biasanya tidak menimbulkan masalah bagi konsumen. Konsumen akan
membuang barang yang habis dipakai. Jika diketahui bahwa barang tersebut sudah
kadaluarsa sehingga jika dikonsumsi akan membahayakan konsumen. Yang harus
dibuang oleh konsumen adalah kemasan dari produk habis pakai tersebut. Berbeda
dengan produk tidak tahan lama, produk tahan lama akan menyebabkan konsumen
berperilaku berbeda dalam memperlakukan produk jika konsumen tidak lagi memakai
atau menginginkan produk tersebut.
Bagaimana konsumen
memperlakukan produk tahan lama yang sudah tidak dipakai lagi, mengembalikan
implikasi penting bagi lingkungan. Perlakuan yang tidak tepat terhadap produk
bekas tersebut mungkin akan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sebaliknya,
jika produk tersebut diperlakukan dengan tepat, maka bukan saja akan berdampak
baik bagi lingkungan juga perekonomian. Produk-produk peralatan dapur seperti
piring, gelas yang berbahan baku kaca, akan menimbulkan masalah lingkungan jika
dibuang di sembarang tempat, bahkan jika dibuang ditempat penampungan akhir,
sampahpun akan menimbulkan masalah lingkungan. Karena limbah piring dan gelas
tidak akan hancur. Jika piring dan gelas tidak dipakai lagi dan didaur ulang
oleh perusahaan, maka manfaatnya bukan saja bagi lingkungan, juga bagi
perekonomian. Produk–produk tahan lama yang menggunakan bahan baku dari
plastik, logam, gelas atau kaca, kain, kulit, kayu, rotan akan menimbulkan
polusi lingkungan jika dibuang di tempat sampah.
Namun di kota- kota
besar Indonesia, dijumpai fenomena menarik yaitu banyaknya masyarakat yang
berprofesi sebagai pemulung di tempat pembuangan akhir sampah mereka secara
tidak langsung akan menjadi pahlawan lingkungan walaupun mereka tidak
menyadarinya. Bagi sebagai besar, motif utama menjadi pemulung adalah ekonomi
atau sebagai mata pencaharian. Pemulung tersebut akan mengambil barang-barang
bekas yang akan laku dijual kembali. Barang-barang tersebut biasanya ditampung
dan dibeli oleh pedagang pengumpul barang bekas yang kemudian dijula ke pabrik
untuk di daur ulang. Barang-barang tersebut adalah plastik, logam, karton,
kaleng, dan sebagainya.
Definisi Konsep
Kepuasan Dan Loyalitas
Menurut Mowen dan
Minor (2002) Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang
ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh dan
menggunakannya. Ini merupakan penilaian evaluatif pasca pemilihan yang
disebabkan oleh seleksi pembelian khusus dan pengalaman menggunakan atau
mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.
Menurut Brown (1992)
Kepuasan konsumen adalah suatu kondisi dimana kebutuhan, keinginan dan harapan
konsumen terhadap sebuah produk dan jasa, sesuai atau terpenuhi dengan
penampilan dari produk dan jasa. Konsumen yang puas akan mengkonsumsi produk
tersebut secara terus-menerus, mendorong konsumen akan loyal terhadap suatu
produk dan jasa tersebut dan dengan
senang hati mempromosikan produk dan jasa tersebut dari mulut ke mulut.
Menurut Wells dan
Prensky (1996) Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen merupakan suatu sikap
konsumen terhadap suatu produk dan jasa sebagai hasil dari evaluasi konsumen
berdasarkan pengalaman konsumen setelah menggunakan sebuah produk dan dan jasa.
Konsumen akan merasa puas, jika pelayanan yang diberikan dari produk dan jasa
menyenangkan hati para konsumen, demikian pula sebaliknya.
Menurut Kotler dan
Keller (2003) Kepuasan konsumen adalah perasaan konsumen, baik itu berupa
kesenangan atau ketidakpuasan yang timbul dari membandingkan sebuah produk
dengan harapan konsumen atas produk tersebut. Apabila penampilan produk yang
diharapkan oleh konsumen tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, maka dapat
dipastikan konsumen akan merasa tidak puas dan apabila produk sesuai atau lebih
baik dari yang diharapkan konsumen, maka kepuasan atau kesenangan akan
dirasakan konsumen.
Kepuasan konsumen dan
loyalitas merek merupakan konsep yang terkait erat dengan jenis perilaku pada
tahap pasca pembelian/konsumsi. Rasa puas atau tidak puas terhadap konsumsi
suatu produk atau merek adalah hasil evaluasi alternatif pasca konsumsi atau
evaluasi alternatif tahap kedua (Sumarwan, 2004). Lebih lanjut diuraikan bahwa,
kepuasan akan mendorong konsumen untuk mengulang perilaku pembelian/konsumsi;
dan bila tidak puas akan menimbulkan kekecewaan yang justru menghentikan
mengulang perilaku pembelian/konsumsi. Dari pengertian kepuasan yang
disampaikan oleh Angel et. al (1995) serta Mowen dan Minor (1998) dalam
Sumarwan (2004) dapat katakan bahwa kepuasan dan tidakpuasan merupakan hasil
evaluasi dari pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa).
Teori kepuasan (the
Expectancy Disconfirmation Model) adalah model yang menjelaskan proses
terbentuknya kepuasan atau ketidakpuasan konsumen; yaitu merupakan dampak
perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian/konsumsi dengan yang
kinerja sesungguhnya yang diperoleh oleh konsumen. Hasil perbandingan tersebut
dapat dikelompokan menjadi disconfirmation dan confirmation (Sumarwan, 2004).
Secara rinci hasil dampak perbandingan meliputi:
a. positive
disconfirmation, terjadi jika kinerja sesungguhnya (actual performance) lebih
besar daripada harapan (performance expectation) konsumen,
b. simple confirmation
terjadi bila kinerja sesungguhnya sama dengan harapan konsumen,
c. negative
disconfirmation, terjadi apabila kinerja sesungguhnya lebih kecil daripada
harapan konsumen.
Kajian tingkat kepuasan
terhadap suatu produk (barang atau jasa) dalam bentuk penelitian, dapat
diterapkan langsung pada attribut produk atau dimensi tertentu yang menjadi
fokus kajian. Pada dimensi kualitas dapat dipilah menjadi kualitas pelayanan
dan kualitas produk. Pada setiap dimensi terdiri dari sub-sub dimensi yang
dapat dijadikan sebagai dasar pijakan untuk mengidentifikasi atribut yang
dipertimbangkan dalam suatu penelitian.
Loyalitas merek dapat
diartikan sebagai pembelian berulang yang terus menerus dari merek produk yang
sama selama dalam kurun waktu tertentu. Pada pendekatan perilaku, loyalitas
terhadap merek produk dapat diukur melalui:
a. proporsi frekwensi
pembelian suatu merek produk dibandingkan dengan jumlah pembelian selama
periode waktu tertentu.
b. tindakan yang
dilakukan ketika mendapatkan merek produk yang dicari tidak tersedia di tempat
pembelian.
Berdasarkan proporsi
pembelian (proportion-of-purchase method), loyalitas merek diklasifikasi
sebagai berikut:
Tabel 8. Klasifikasi
loyalitas merek berdasarkan metode proporsi pembelian
Sumber: Sumarwan (2004)
dimodifikasi
Catatan : Bila proporsi
pembelian terhadap suatu merek produk terhadap total pembelian dalam kurun
waktu tertentu sebesar lebih dari 50% dikategorikan loyal
Sementara itu,
loyalitas merek berdasarkan tindakan yang dilakukan apabila konsumen tidak
menjumpai merek yang dicari tidak tersedia di tempat pembelian dapat
diidentifikasi beberapa jenis tindakan sebagai berikut:
A. Konsumen loyal
terhadap suatu merek, maka konsumen akan melakukan tindakan:
1.
menunda pembelian
2.
mencari di tempat lain
B. Konsumen tidak loyal
terhadap suatu merek, maka konsumen akan melakukan tindakan:
1.
mencari merek lain
2.
membeli jenis lain
3.
membeli alternatifnya
4.
lainnya
Loyalitas konsumen
dapat ke dalam dua kelompok, yaitu loyalitas pada merk (brand loyality) dan
loyalitas pada toko (store loyality). Konsumen yng merasa puas dengan produk
atau merk yang dikonsumsi akan membeli ulang produduk tersebut. Pembelian yang
terus menerus dan berulang terhadap suatu produk dan merk yang sama akan
menunjukkan loyalitas konsumen terhadap merek. Hal ini yang sebenarnya di
harapkan oleh produsen. Salah satu tujuan komunikasi pemasaran yang dilakukan
oleh produsen adalah menciptakan loyalitas merek.
Loyalitas merek
diartikan sebagai sikap positif konsumen terhadap suatu merek, dan konsumen
memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang produk yang sama pada saat sekarang
dan masa yang akan dating. Keinginan kuat ini dibiktikan dengan tetap
membeli merek yang sama. Loyalitas merek
sangat tergantung dengan kepuasan konsumen,semakin puas seorang konsumen
terhadap suatu merek, semakin loyal konsumen tersebut terhadap suatu merek.
Pendekatan perilaku tidak mengungkapkan alasan seseorang membeli suatu produk,
apakah konsumen benar-benar loyal terhadap produk itu atau hanya pembalian yang
berulang. Perasaan sesungguhnya yang dirasakan konsumen tidak dapat diketahui,
maka dikembangkan pendekatan yang kedua yaitu pendekatan sikap. Konsumen yang
loyal adalah konsumen yang menyatakan suka terhadap merk tersebut, kemudian
menggunakannya. Loyalitas merek akan menyebabkan munculnya komitmen merek,
yaitu kedekatan emosional dan psikologi dari konsumen terhadap suatu produk.
Loyalitas toko adalah
perilaku konsisten konsumen dalam mengunjungi toko dimana disitu konsumen dapat
membeli merk produk yang diinginkan. Konsep loyalitas toko hamper sama dengan
konsep loyalitas merek, hanya saja loyalitas toko terjadi salah satunya karena kualitas
pelayanan toko yang memuaskan.
Ada 4 metode yang bisa
digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen, yakni : 1. Sistem Keluhan dan Saran
Setiap
perusahaan yang berorientasi pada konsumen akan memberikan kesempatan yang
sebesar-besarnya bagi pelanggan utnuk
menyampaikan pendapat, saran dan keluhan konsumen. Media yang bbisa digunakan antara
lain adalah kotak saran.
2. Survei Kepuasan
Konsumen
Penelitian
mengenai kepuasan konsumen banyak yang dilakukan dengan menggunakan metode
survei, baik melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi. Keuntungan dari
menggunakan metode survei adalah perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan
balik secara langsung dari konsumen dan sekaligus juga memberikan tanda positif
bahwa perusahaan memperhatikan konsumennya.
3. Gost Shopping
Metode
ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang utnuk bersikap
sebagai pelanggan di perusahaan pesaing.
4. Analisa Pelanggan
yang Hilang
Metode
ini dilaksanakan dengan cara perusahaan menghubungi para pelanggannya yang
telah berhenti atau yng telah beralih pemasok dan perusahaan menanyakan
penyebab pelanggan berhenti membeli atau beralih pemasok.



Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut